PAI SMPN 21 PADANG.NET-Berikut adalah tulisan dari Akh Hasbi Nur PW salah satu dari santri Unggulan Pondok Mahasiswa Al-Madinah berkenaan dengan puasa. Semoga dapat bermanfaat.
Dalam Sebuah hadist yang agung yang terdapat dalam musnad Ahmad bin Hambal, yang dishahihkan oleh ahmad Syakir dalam Mustadrak Al-Hakim. Dari Abdullah bin Amru radiyyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: Wahai,” Wahai Rabb, saya telah mencegahnya dari makan dan minum serta syahwatnya di siang hari, maka berikanlah syafaatku kepadanya.” Al-Qur’an berkata,”Saya telah menahannya tidur di malam hari maka berikanlah syafaatku kepadanya.” Maka keduanyapun memberikan syafaat.”
Dari hadist tersebut bagaimana puasa dan Al-Qur’an yang setiap hari kita baca dapat memberikan syafaat kepada seorang hamba kelak pada hari kiamat.
Hadist tersebut juga menggambarkan antara Al-Qur’an dan puasa terdapat hubungan yang sangat kuat. Diantara salah satu hikmah yang paling agung puasa pada siang hari adalah untuk mempersiapkan diri untuk mentadabburi Al-Qur’an yaitu merenungi, mencermati ayat-ayat Al-Qur’an untuk tujuan dipahami, diketahui makna-maknanya, hikmah-hikmah serta maksudnya. Kemudian dari ayat-ayat yang telah ditadabburi tersebut digunakan untuk shalat dimalam harinya. Tetapi sebagian kaum muslimin melewatkan hal semacam ini ketika mereka berlebih-lebihan dalam makan dan minum di saat berbuka puasa dan makan malam. Hal ini justru tidak baik bagi tubuh. Padahal Allah subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surat Al Baqarah :184
أَيَّامً۬ا مَّعۡدُودَٲتٍ۬ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُ ۥ فِدۡيَةٌ۬ طَعَامُ مِسۡكِينٍ۬ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرً۬ا فَهُوَ خَيۡرٌ۬ لَّهُ ۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٌ۬ لَّڪُمۡۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Artinya : “Dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”
Timbul pertanyaan bagaimana agar puasa bermanfaat bagi tubuh kita ?
Rasulullah telah memberikan petunjuk tentang praktek agar puasa dapat mendatangkan manfaat bagi tubuh yaitu apabila kita mempraktekkan hadist Al-Miqdam bin Ma’di Karib. Ia berkata,” Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”
ماَ مَلأ ابْنُ آدم وِعاءًَ شَرًَّا مِنْ بَطْنِ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيمَا تٌُ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإنْ كَانَ لامَحَالة، فَثُلُثٌُ لِطَعامِهِ وَثُلُثٌُ لِشرابِهِ وَثُلُثٌُ لِنَفَسِهِ
Artinya:”Tidaklah anak adam memenuhi tempat yang lebih jelek selain perutnya. Cukuplah baginya beberapa suapan yang bisa menguatkan tulang punggungnya. Kalau tidak bisa begitu, maka diisi sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas,” ( Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasaa’I, dan Ibnu Majah. At-Tirmidzi mengatakan,” Hadist Hasan Shahih)
Dapat dipahami dari hadist tersebut bahwa kita tidak diperbolehkan untuk memenuhi perut kita dengan makanan atau terlalu kenyang dalam makan. Pada saat sahur atau berbuka puasa maka makan dan minum secukupnya dan tidak berlebih -lebihan. Seperti apa yang telah beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan perut kita diisi yaitu sepertiga ( 1/3) untuk makan, sepertiga ( 1/3 ) untuk minum dan (1/3) untuk bernafas.
Hadist tersebut adalah dasar yang mencakup semua dasar-dasar kedokteran . Telah diriwayatkan bahwa Ibnu Abi Masawih- ia adalah seorang dokter-ketika membaca hadist ini dalam kitab Abi Khaitsamah rahimahullah, ia berkata,” Seandainya manusia menggunakan ungkapan ( dalam hadist ) ini, niscaya mereka akan selamat dari berbagai macam penyakit dan tutuplah toko-toko obat.”
Kondisi perut yang terlalu kenyang juga dapat membuat pemiliknya menjadi kantuk sehingga menyebabkan malas dalam beribadah. Bisa jadi puasa yang sedang dikerjakan tidak bisa digunakan sebagai sarana untuk menahan hawa nafsunya.
Sebagian pemuda mengatakan,” Saya telah puasa namun saya tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menahan nafsu syahwat sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam, “Kita Jawab:“ Ya, Apabila di waktu buka engkau berusaha mengganti ( jatah makan )di waktu puasamu, satu sha’ ( dari makanan) dengan dua sha’, maka pada hakekatnya hal itu bukanlah puasa, namun lebih tepatnya memayahkan dan menyiksa tubuh! Sebab tujuan dari puasa adalah untuk menjaga tubuh secara umum dan menjaga hati secara khusus dari racun-racun makanan dan minuman. “ Inilah makna sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam “ Maka puasa tersebut adalah penahan dari nafsu syahwat.”
Dalam kitab syiar A’lam An-Nubala karya Imam Dzahabi, dapat kita lihat bagaimana Asy-Syafi’I rahimahullah pernah berkata,” saya tidak pernah merasa kenyang sejak enam belas tahun kecuali hanya sekali itupun sambil berusaha saya buang. Sebab rasa kenyang akan membebani badan, menghilangkan kecerdasan, mendatangkan kantuk, dan melemahkan pemiliknya dari ibadah.
Bagaimana Sufyan Tsauri menulis surat kepada Utsman bin Zaidah rahimahullah,” Jika engkau ingin jasadmu baik maka sedikitkan tidur dan makan.
Apa yang mereka ungkapkan setidaknya dapat memotivasi kita untuk memperbanyak ibadah baik siang maupun malam. Terutama membaca Al-Qur’an dan mengkatamkannya pada bulan yang mulia ini. Qatadah rahimahullah selalu mengkatamkan bacaan Al-Qur’an setiap tujuh hari sekali, sedangkan pada bulan ramadhan mengkatamkannya setiap tiga hari sekali, dan pada sepuluh hari terkhir bulan Ramadhan mengkatamnya setiap hari.
Banyak sekali keutamaan-keutamaan yang kita dapatkan dari membaca Al-Qur’an apalagi di bulan yang mulia ini. Disamping pahala yang berlipat ganda, juga terdapat keutamaan- keutamaan di surat - surat tertentu bagi siapa yang membacanya. Seperti surat Al-Fatihah, Al- Baqarah, An-Nas, Al-Falaq dsb.
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan untuk menggunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada baik siang maupun malam pada bulan Ramadhan ini untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. Baik itu dengan membacanya, merenungi dan memahami makna-makna ayatnya serta mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Tentunya apabila kita melaksanakan ibadah puasa ini dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasululullahi Shalallahu’alaihi wa Sallam.
Rujukan :
- Mafaatihu Tadabbur Al-Qur’an wa An-Najakh fii Al-Hayah karya Dr Khalid bin Abdul Karim Al-Laahim
- Marjaalisu Syahri Romadhon karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin. Penerbit Daaru ‘ts-Tsuroyya li ‘n-Nasyr, Riyadh
0 komentar:
Posting Komentar