Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

02 Juli 2008

Langkah-Langkah Riset Sosial

By:Riwayat

1. Perumusan Masalah

Penelitian diawali dengan pertanyaan/problem yang dipilh harus tepat dan dapat diterima atau dilakukan dan diteliti. Berawal dari ide yang umum kemudian harus diputuskan untuk memilih satusecara khusus apa yang ingin diketahui dan untuk apa tujuan mengetahuinya. Ide yang terbaik adalah bagaimana menyaring permasalahan yang disukai agar dapat ditemukan dalam literature ilmiah. Sebuah peneliti yang teliti sebelum penelitian di jurnal-jurnal dan buku-buku perlu mempertimbangkan hal-hal pokok ilmu pengetahuan.

Sebuah tinjauan literature mingkin menunjukkansesuatu yang penting untuk mengindentifikasi variable dan berkaitan dengan metode dan prosedur dengan indikasi bagaimana penneliti yang lain mendapatkan petunjuk untuk meneliti lebih lanjut aspek yang belum terjamah oleh peneliti sebelumnya.

2. Persiapan Bentuk Penelitian

Suatau permasalahan dengan jelas dirumuskan peneliti harus mengembangkan keseluruhan rencana atau kerangka untuk penelitian, untuk mengerjakan hal tersebut peneliti harus berada dalam petunjuk dan proyek penelitian.peneliti hendaknya mempersiapkan kepututsan-keputusan tentang bentuk pengamatan yang dibutuhkan untuk memecahkan problem atau untuk menyediakansebuah test yang memadai dari hipotesis.

Strategi yang baik adalah sebuah kembinasi dari pendekatan dalam hubungannya dengan penyeleksian keseluruhan strategi, keputusan harus dibuat berdasarkan unit analisis yang variabelnya untuk pengematan dan control.

3. Pengukuran

Bagain dari rencana riset perlu melibatkan, memikirkan operasi yang akan menghubungkan konsep spesifik untuk pengalaman observasi kejadian. Proses operasionalisasi, pengukuran merupakan substansi yang mengunakan teknik untuk memperrkirakan mutu atau kebaikan dari pengukuran.

4. Sample

Di samping memutuskan unit ananlisa, peneliti harus pula menentukan berapa banyak unit harsu terpilih danbagaimana cara memilih mereka. Metode sample dapat dilakukan dengan pertama tiap unit populasi dihitung. Kedua perhitungan hanya dilakukan pada bagian unit populasi.

5. Pengumpulan data

Suatu bentuk penelitian hendaknya dilengkapi dengan data, peneliti harus siap melakukan observasi untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data secara umum akan berakibat kepada keputusan pengukuran dan sample.

6. Pengolahan data

Setelah melakukan pengamatan peneliti hendaknya siap untuk menganalisa dan menterjemahkan hasil observasi tersebut. Padasebagin besarkasus, bagaimanapun kondisi data tidak mudah ditafsirkan. Data harus diubah, diperbaiki.

7. Penafsiran dan Analisa

Data yang sudah dianalisa harus dimanipulasi lebih lanjut, sehingga berhubungan dengan permasalahan dan hipotesis. Dan kebanyakan data melibatkan pengolahan yang bersifat stasitik.

  1. Wawancara

Wawancara berasal dari bahas inggris yang mempunyai arti wawancara, atau diartikan sebagai tukar menukar infromasi atau pandanagn anatar dua orang atau lebih. Pada perjalan waktu wawancara menjadi bagain tidak terpisahkan dari penelitian, terutama dalam pengumpulan data atau informasi dengan cara melakukan Tanya jawab sepihak, dilakukan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Dan kalau dicermati ternyata wawancara bertujuan untuk megumpulkan data, informasi baik keadaan, gagasan, pendapat, sikap, tanggapan, keterangan dari pihak lain.

Wawancara bukan sesuatu yang mudah , wawancara membutuhkan kelengkapan sedini mungkin, di antara yang dapat dilakukan adalah menyusun panduan wawancara, menentukan siapa yang akan diwawancarai, membuat janji dalam menentukan waktu dan tempat wawancara.

1. Mulai wawancara. Ketika responden berada di pintu, kenalkan diri anda sesuai nama, menuunjukkan identifikasi. Jelaskan dengan singkat sekitar studi dan siapa yang ingin diwawancarai. Mempersiapkan diri untuk menjawab dengan singkat mempertanyakan mengenai siapa yang sedang mensponsori studi dan bagaimana atau mengapa responden telah dipilih. Surat pengesahan dan surat kabar potongan/guntingan mungkin diperkenalkan.

2. posisikan Responden dengan lancar. Ini adalah suatu bagian terbesar dari wawancara sukses Adalah suatu sikap ramah tamah bersifat percakapan boleh membantu posisi responden dengan lancar. Coba untuk diperlonggar dan alami.

3. Jadaikan wawancara seperti bisnis. haruslah diperlonggar, suatu wawancara harus tidak merindukan diputar. ingat bahwa kamu dan responden sibuk orang-orang. jika gangguan-gangguan di atmosfir responden jauh dari titik permulaan dari titik suatu queation, yang dengan sopan memakai dia atau punggung nya jejak/jalur itu.

4. Pelihara situasi wawancara pribadi sebaik mungkin. Ketika dalam suatu ruang dengan orang lain, jangan biarkan perhatian kamu mengembara ke bagian lain ruang mengarahkan pertanyaanmu kepada responden, dan memelihara pandanganmu. ini akan membantu kedua-duanya dan responden memusatkan pada tugas itu.

5. menghindari meniru-niru. jangan mencoba untuk memancangkan responden /ketika prasangka mu boleh bertentangan dengan obyektifitas mu dan boleh mempengaruhi responden [itu]. kamu dapat juga membantu ke arah mencegah responden dari jangan meniru-niru kamu dengan mengidentifikasi diri anda dengan manapun ideologi atau kelompok tertentu

6. membuat instumen survei dengan baik, kemudian dibawa ketika sedang memberi pertanyaan kepada responden.

7. hendaknya tiap-tiap pertanyaan diurutkan sesuai yang tertulis. Setelah memperkenalkan diri akan mempermudah pewawancara untuk bertanya dengan pertanyaan yang logis, sebab responden terbantu berpikir melalui material, atau untuk pertimbangan serupa.

8. Jangan mengasumsikan jawaban manapun atas pertanyaan. Suatu responden boleh menjawab suatu pertanyaan. di (dalam) menjawab suatu pertanyaan boleh menjawab dengan cara yang berbeda ketika pertanyaan itu secara formal.

9. Bicara pelan-pelan dan intonasi suara diatur dengan baik dan dapat dipahami. Jika responden memberi jawaban yang dapat dipercaya, mereka harus memahami pertanyaan itu. kebanyakan kesalahan umum pewawancara. Jika suatu responden nampak tak percaya dari suatu jawaban, sela dan kemudian mengulangi pertanyaan itu yang persisnya, jangan menyarankan suatu jawaban. Tidak semua pewawancara akan menyarankan tanggapan yang sama, dan, oleh karena itu, responden tidak akan memilih dari usul yang sama. Ini akan mengakibatkan data bias.

10. Gunakan suatu pemeriksaan yang netral jika diperlukan. Penyelidikan digunakan ketika tanggapan awal tidak sempurna, rancu. atau tidak relevan. Berbagai pemeriksaan adalah mungkin, tetapi mereka harus netral, mereka harus merangsang suatu tanggapan yang lebih sah tanpa mengusulkan suatu jawaban. Kadang-Kadang, seperti diusulkan di atas, berhenti atau mengulangi pertanyaan itu mungkin adalah cukup untuk memotivasi responden untuk menambah atau memperjelas tanggapan.

11. Rekam tanggapan pada jadwal wawancara. Jangan mencoba untuk menciptakan kembali wawancara.

Selaian itu dalam pelaksanaan wawancara perlu memperhatikan sepuluh peraturan wawancara,

C. Sepuluh Peraturan Wawancara

  1. Membina hubungan baik dengan orang yang akan diwawancarai.selama melakukan wawancara, atau wawancara dilaksanakan hubungan baik dengan orang yang diwawancarai hendaknya terbina dengan baiak, oranag yanag diwawancarai adalah manusia biasa yang mempunyai motiof kepercayaan, perrasaan, nilai, norma, falsafah, mempunyai status dan peranan, mungkin juga mempunyai kekuasaan, harga diri. Jika hal-hala tersebut tidak diperhatikan mungkin akan menyinggung perasaan, merasa dilangkahi, kecewa, antipati, salah sangka.
  2. Membuat pertanyaan pembuka. Bertanya hendaknya mengetahaui ujung pangkalnya. Mungkin saja pertama menanyakan hal-hal yang ringan, tidak langsung, dan bersifat netral. Pertanyaan yang mendadak dan berat akan menimbulkan sikap melawan atau menarik diri atau bahkan menolak.biasanya pembukaan ini tidak berbentuk pertanyaan, melainkan pengantar kepada persoalan-persoalan yang dituju. Jika orang yang diwawancarai belum masuk kepada pertanyaan-pertanyaan pokok hendaknya pertanyaan-pertanyaan hendaknya tidak di lancarkan dahulu.
  3. Menggunakan bahasa yang sepadan. Dalam wawancara hendaknya penggunaan bahsa yang digunakan untuk wawancara harsulah bahasa yang sepadan. Dalam arti sesuai dengan pemahaman, atau dapat dipahami oleh orang yang diwawancarai. Kalau bahasa yang digunakan oleh pewawancara tidak dipaham,I atau terlalu tinggi bagi orang yang diawawnacarai, maka ada kemungkinan yang diawawnacarai akan rendah diri, akhirnya informasi yang dibutuhkan tidak lengkap atau bahkan timbul penolakan.
  4. Bergaya bicara yang sederhana. Yang dimaksud dengan gaya bertanya sederhana adalah gaya bertanya yang tidak berputar-putar dan berbelit-belit. Jika seorang pewawancara tidak bertanya dengan gaya yang sederhana dalam arti berbelit-belit maka yang diwawancarai akan menjawab dengan berbelit-belit juga, bahkan tidak menjawab karena bingung.
  5. Mengatur nada dan irama pembicaraan. Dalam wawancara perlu memperhatikan nada dan irama pembicaraan. Yang tujuannya adalah agar orang yang diwawancarai tidak bosan, jika yang diwawancarai tidak bosan maka ia akan terfokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pe-wawancara. Kemudian dalam mewawancarai jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu lambat. Kalau wawancara terlalu cepat dalam mengajukan pertanyaan akan dianggap terlalu bertubi-tubi, keadaan ini akan mempersulit yang diwawancarai untuk berfikri. Dan jika terlalu lambat akan menimbulkan kejenuhan sehinggga wawancara tidak menarik.
  6. Mengendalikan sikap bertanya kearah kolegial dan leluasa. Sikap bertanya yang akrab akan menimbilkan suasana wawancara terasa rilek dan tidak kaku. Suasana. Suasana ini tidak akan tercapai jika pewawancara berbuat seperti jaksa yang mengadili terdakwa,, sikap pewawancara l;ebih bersifat menghafal materi pertanyaan daripada mewawancarai, seperti guru dengan murid, atau mengurui, kurang menghargai, kurang mempercayai, bahkan memebri celaan terhadap-jawaban yang tidak menyenangkan. Agar dapat mengendalikan sikap bertanyayang kolegial perlu menjauhkan hal-hal tersebut.
  7. Mengadakan paraphrase yang relevan/tidak menyimpang. Pada suatau waktu yang diwawancarai tidak mampu merumuskan isi hatinya secara teratur, runtut, lengkap dan mempunyai arti, pewawancara dapat menolong merumuskan. Akan tetapi, perlu dijaga jangan sampai pertolongan tersebut mengubah pengertian yang dimaksud o0elh yang diwawancarai, atau keartah subyektivitas pewawancara, paraphrase hendaknya sesuai dengan keinginan yang diwawancarai.
  8. Mengadakan prodding atau probing yang perlu dan tepat. Yang dimaksud dengn prodding adalah mengadakan penggalian lebih dalam, menyelami lebih menyeluruh dan sekasama dari jawaban-jawaban yang dirasakan belum cukup. Namu, hal ini dilakukan harus memperhatikan ketepatan dan keperluannya.jika tidak, padahal yangt diwawancarai telah merasa bahwa jawaban yang diberikannya telah cukup, akan timbul kesan pemaksaan atau merasa dikejar-kejar dan akhirnya akan mematahkan semangat yang diwawancarai dalam kelangsungan wawancara itu.
  9. Mengadakan pencatatan secepatnya jawaban-jawan dari yang diwawancarai dapat dicatat pada saat wawancara berlangsung atau juga ditangguhkan sampai wawancara usai. Kedua hal tersebut mungkin saja dapat terjadi atau dilakukan dalam suatu wawancara jika mengingat kemampuan-kemampuan pihak yang melangsungkan wawancara.
  10. mengadakan penilaian atas jawaban-jawaban dengan segera. Ketepatan, ketelitian pencatatan dalam memberikan paraphrase dan probbing serta perlu tidaknya mengadakan prodding akan bergantung kepada kjemahiran pewawancara dalam menilai jawaban-jawaban yang diberikan oleh yang diwawancarai. Menilaiajawabn-jawaban atau kleterangan-keterangan pada adasarnya adalah menilai validitas dan reliabilitas dari jawaban atau keterangan-keterangan tersebut.

D. Teknik-Teknik Wawancara

selain itu perlu juga memperhatikan teknik wawancara, di antara teknik-tenik tersebut adalah wawancara bebas, wawancara terpimpin, gabungan antara wawancara bebas dan terpimpin,. Sedangkan menurut bentuknya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu wawancara pribadi dan wawancara kelompok. Kemungkinan berbagai teknik tersebut dapat digabung anatar macam-macam teknisnya kepada wawancara berdasarkan bentuknya. Sedangkan untuk wawancara pribadi dapat dilakukan dengan teknik bebas, terpimpin atau bebas dan terpimpin. Hal ini berlaku juga untuk wawancara kelompok, dapat menggunakan ketiga bentuk teknik tersebut. Pengunaan teknik tergantung efektif tidaknya, sehingga terkesan bersifat fleksibel. Untuk memperjeklas akan dibahas sebagai berikut:

1. wawancara bebas. Wawancara bebas adalah wawancara antara dua orang atau lebih yang seolah-olah melakukan pembicaraanh bebas tanpa kendali atau terpimpin. Tetapi pada hakekatnya wawancara ini tidak terpimpin secara mutlak, tetapi masih pada koriodor pencapaian tujuan wawancara., tetapi wawancara ini bersifat pasif. Pewawancara bersifat pasaif sedangkan yang diwawancarai lebih banyak memebrkan keterangan-keterangan.

2. Wawancara terpimpin. Adalah wawancara terkendali dimana pewawancara berperan sebagai pengarah melalui pertanyaan pertanyaan dari pokok-pokok persoalan. Pewawancara lebih aktif dibanding dengan yang diwawancarai.

3. Wawancara bebas dan Terpimpin. Dalam awancara ini ada keseimbanagn anatara yang diwawancarai dengan pewawancara.

4. Wawancara Individual, adalah wawancara pribadi yang terlibat adalah pewawancara dan yang diwawancarai wawancara ini dapat menyimpan rahasia secara maksimal, bahkan kelebihannya mendapatkan data yang lebih banyak dan intensif.

5. Wawancara Kelompok, dalam wawancara ini biasanya lebih dari satu pewawancara. Biasanya pertanyaan diajukan dan dijawab secara bersama-sama, pertanyaan tidak diajukan secara perorangan tetapi bersifat kelompok. Teknik wawancara ini bersifat bebas dan terpimpin, tetapi hendaknya membedakan antara wawancara bebas dan terpimpin dalam wawancara pribadi.

E. Perbedaan Metode dengan Teknik dalam Penelitian Sosial

Selintas antara metode denagn teknik penelitian tidak adaperbedaan jiak keduanya di artikan sebagi cara. Tetapi jika dalam kenyataannya metode lebih sebagai cara kerja untuk dapat memahami suatu obyek. Dengan demikian metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek penelitian. Kumpulan metode disebut metodik,sedangkan ilmu yang mempelajari tentang metode adalah metodologi. Berbedahalnyadengan teknik, teknik diartikan sebagai alat kerja yang merupakan kelengkapan cara kerja metode tersebut. Sebenarnya teknik tercakup dalam metode, apabila dipandang dari segi pelaksanaannya metode sebagai cara kerja yang lebih ditekankan kepada cara kerja pikiran dalam rangka memahami obyek penelitian.. adapun teknik penelitian menunjuk kepada tenik-teknik pengumpulan data, pengukuran data, pengolahan data dan teknik pelaporan, yang berlaku bagi setiap bagi setiapmetode-metod epenelitian. Karen itu teknik penelitian lebih mengacu kepada penguasaan pengetahuan yang berhubungan dengan pengukuran, pengumpulan data, pengolahan data serta pelaporan. Hasil penelitian.

0 komentar:

Popular Posts